Jumat, 07 Oktober 2011

Pengakuan Ayah Steve Jobs: Steve Keturunan Suriah Namun tak Mau Menemui Saya


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Meninggalnya CEO Apple Steve Jobs menjadi duka bagi dunia. Tak cuma Amerika Serikat yang kehilangan 'penemu dan CEO terbaik mereka', tapi salah satu negara di Timur Tengah juga kehilangan 'putra' mereka.

Ya! Steve Jobs ternyata tak berdarah asli AS. Ayah kandungnya berasal dari Suriah. Di dunia maya, banyak ucapan belasungkawa yang datang dari negeri leluhur Jobs. Ahmed (28), yang ditemui di Suriah mengatakan ia bangga atas Steve Jobs. Namun ia juga mengakui seandainya Jobs lahir di Suriah maka tak mungkin ia bisa seinovatif saat ini.

Di dunia twitter misalnya, banyak warga Suriah yang berkicau soal kepergian Jobs. Seperti beberapa di bawah ini:

- Steve Jobs = Great argument for a free # Syria# geniusNeedsFreedom # stevejobs kkhelil October 6, 2011 at 22:48 

- The wrong Syrian died yesterday # SteveJobs # Syria# bashar ArabianSaluki October 6, 2011 at 21:52 

- The most unique thing about # SteveJobs is that he is Homsi :P # Syria Homsi :P # Syria KareemLailah October 6, 2011 at 16:02 

- Syrians today are definitely revolutionary in every possible way: # syrians # SteveJobs # Adonis # Syria LR1512 October 6, 2011 at 15:32 

- Another great Syrian died today # iSad # SteveJobs# Syria , No Comparisons , all great in his own way October 6, 2011 at 15:41 damascus64 

Tak banyak memang yang tahu kalau Jobs punya darah Suriah yang mengalir di tubuhnya. Ayah biologis Jobs, lahir di kota Homs yang merupakan kota terbesar ketiga di negara tersebut. Homs juga menjadi salah satu basis perlawanan rev olusi Suriah yang sampai saat ini masih berlangsung.

Saat muda, ayah Jobs kuliah di American University di Beirut. Dia adalah Abdulfattah Jandali. Jandali bertemu Joanne Carole Schieble, ibu biologis Jobs, saat keduanya kuliah di Wisconsin pada 1950an. Demikian penuturan Jandali pada harian Al-Hayat. Lima tahun berhubungan dan punya anak (Jobs) keduanya akhirnya mengambil jalan pahit. Menyerahkan anak semata wayang mereka untuk diadopsi orang tua lain. 

Jandali berkata, "Saya harus menyerahkan Jobs karena ayah Joanne tidak merestui hubungan kami. Dia orang yang sangat konservatif. Maka Joanne sepakat menyerahkan Jobs untuk adopsi," kata dia.

"Seandainya pun, kami tidakk menyerahkan Jobs. Saya tetap yakin Jobs akan seterkenal sekarang. Otaknya memang encer. Dia memang tak lulus kuliah, tapi saya kira dia akan berhasil dalam apapun bidangnya," kata Jandali lagi.

Jandali mengakui ia tak akrab dengan Jobs. Meskipun ia beberapa kali mengirimkan kartu ucapan selamat ulang tahun. "Tapi tak ada dari kami yang berani lebih dekat lagi. Saya rasa kalau dia (Jobs) ingin bertemua saya ia tahu harus ke mana."

Menurut Jandali, Jobs paham betul darah Arab yang mengalir di tubuhnya tapi Jobs tak ambil pusing. Dia punya sikap sendiri terkait hal ini. Jandali sekarang berumur 80 tahun. Dia mantan profesor politik. Saat ini Jandali tinggal di Nevada, dia dapat jabatan sebagai salah satu eksekutif di Reno Nevada.

Namun keduanya tak pernah bertemu. Kata Jandali, Jobs tahu di mana ia bisa bertemu dengannya. "Banyak orang yang tahu kalau Jobs berdarah Suriah, tapi dia tak peduli akan hal itu. Jobs punya sikapnya sendiri soal keturunannya, maklumlah dia kan jenius," kata Jandali. 
Maukah keduanya bertegur sapa? Jandali mengatakan mau, tapi "Ini terdengar aneh tapi saya belum siap. Bahkan bila kami berada di tubir kematian sekalipun saya rasa kami masih enggan untuk saling telepon," kata dia.

Terlepas dari hal ini, Jandali mengakui kalau ia menyesal memberikan Jobs untuk diadopsi. "Saya tak tahu apakah Steve tahu, kalau putusan adopsi itu bukan saya yang ambil," katanya. "Kalau saya bisa memilih saat itu tentu saya pilih untuk tetap bersama Steven."



sumber : http://id.berita.yahoo.com/pengakuan-ayah-steve-jobs-steve-keturunan-suriah-namun-022608522.html

Siapa Pewaris 8,3 Miliar Dolar AS Harta Steve Jobs?


REPUBLIKA.CO.ID, PALO ALTO - Di tengah duka, muncul gunjingan tak sedap soal siapa yang bakal mewarisi harta pendiri Apple, Steve Jobs, yang meninggal dunia kemarin akibat kanker. 

Selain istri dan anak-anaknya, Jobs -diketahui merupakan anak angkat - memiliki ayah biologis yang masih hidup. Ia juga memiliki adik yang bertemu setelah sama-sama dewasa dan seorang 'anak haram' hasil hubungannya sebelum menikah, bernama Lisa Brennan-Jobs.

Lisa adalah anak Jobs dengan Chrisann Brennan, kekasihnya di tahun 1977. Lisa lahir tahun 1978 - dan di tahun yang sama Jobs membuat komputer Lisa, yang dibanderol sebagai 'Local Integrated Software Architecture' pertama di dunia.

Jobs bertemu Laurene Powell, istrinya sekarangm tahun 1989 saat berpidato di acara wisuda Stanford. Keduanya menikah dan memiliki tiga anak, Eve, Erin, dan Reed. Mereka tinggal di rumah mewah di Palo Alto, California seharga 2,6 juta dolar AS. 

Steve Jobs merintis bisnis dan mendirikan Apple Inc sejak muda. Salah satu dari 100 orang terkaya dunia ini ditaksir memiliki kekayaan hingga 8,3 miliar dolar AS. "Pengacaranya menghadapi tugas berat tentang siapa pewaris kekayaannya," tulis Daily Mail. 



sumber : http://id.berita.yahoo.com/siapa-pewaris-8-3-miliar-dolar-harta-steve-085353441.html

Terapi Asam Cuka Deteksi Kanker Serviks

Asam cuka ternyata tidak hanya menambah rasa sedap dalam masakan, tapi juga berguna mendeteksi dini kanker serviks secara mudah dan murah. Deteksi dini kanker serviks dengan asam cuka ini disebut metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Metode ini sudah dikenalkan sejak 1925 oleh Hans Hinselman dari Jerman, tetapi baru diterapkan sekitar tahun 2005.

Kementerian Kesehatan RI pun sudah mengadopsinya. Cara ini selain mudah dan murah, juga memiliki keakuratan sangat tinggi dalam mendeteksi lesi atau luka prakanker, yaitu mencapai 90 persen.

Deteksi dini dengan cara mengoleskan asam cuka 3-5 persen di daerah mulut rahim (serviks) ini tidak harus dilakukan oleh dokter, tetapi bisa dipraktikkan oleh tenaga terlatih seperti bidan di puskesmas. Dan dalam waktu sekitar 60 detik sudah dapat dilihat jika ada kelainan, yaitu munculnya plak putih pada serviks. Plak putih ini bisa diwaspadai sebagai luka prakanker.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah meneliti penerapan IVA di India, Thailand, dan Zimbabwe. Efektivitasnya ternyata tidak lebih rendah daripada pap smear.

Selain kinerja yang sama dengan tes lain dan hasilnya bisa segera diketahui, IVA juga menawarkan keuntungan lain, yakni praktis, hanya memerlukan alat sederhana, dan harganya terjangkau.

Inke Maris, pakar komunikasi yang juga salah seorang pendiri Inisiatif Pencegahan Kanker Serviks Indonesia (Ipkasi), mengatakan sudah banyak puskemas yang mampu memberikan layanan tes IVA ini dengan biaya sekitar 15 ribu rupiah.

"Bahkan, sejumlah daerah sudah menerbitkan Perda yang menetapkan harga hanya 5 ribu rupiah untuk pemeriksaan IVA," tambah Dr. Basalama Fatum, MKM, Kasubdit Kanker Dit. PPTM, Kemenkes RI.

Terapi ini berlangsung singkat, kira-kira 5 menit. Memang ada rasa tidak nyaman ketika menjalani terapi ini. Kebanyakan perempuan merasakan sensasi dingin dan sedikit kram, atau kadang terasa hangat menjalar di tubuh bagian atas serta wajah.

Kemudahan dalam melakukan pemeriksaan sekaligus penanganan jika ditemukan luka prakanker ini memacu membuat program See and Treat semakin banyak diterapkan di sejumlah puskesmas. Diharapkan dengan IVA, akan makin banyak perempuan yang terjangkau oleh deteksi dini kanker serviks, sehingga angka kejadian kanker ini dapat diturunkan.
 
 
 
 
sumber : http://id.she.yahoo.com/terapi-asam-cuka-deteksi-kanker-serviks-002600016.html